Pengaruh ODF Terhadap Stunting : Penyebaran Penyakit Berbasis Lingkungan.

Tubabaqu.id : Panaragan – Open Defecation Free -ODF- atau Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak membuang air besar sembarangan.

Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, khususnya Stunting.

Sementara peran orang tua sangat besar dalam tumbuh kembang anak. Jika tidak dimulai sedini mungkin dari keluarga, maka stunting akan susah untuk diberantas. 

Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Tulang Bawang Barat Arum Lestari Skm. MM, Stunting sangat terkait dengan pola asuh dan pola makan dan stunting bukan terjadi tiba-tiba, karena stunting ini merupakan gangguan gizi buruk dalam waktu yang lama. 

“Seperti kita ketahui Stunting merupakan gangguan gizi kronis, maksudnya gangguan kurang gizi dalam waktu yang lama.  Jadi peran orang tua ini sangat penting, untuk memastikan bahwa anak balitanya dan orang tuanya itu sendiri dalam kondisi  kecukupan asupan gizi yang seimbang.” terang  Arum Lestari pada Dialog Tubabaqu, di Radio Streaming Tubabaqu, Selasa (27/2/2024).

Suara Arum Lestari

Untuk menekan kasus Stunting di Tubaba,  lanjut dia, dinas kesehatan Tubaba melakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif, dengan melakukan edukasi tentang pentingnya makanan bergizi dan pemberian ASI eksklusif pada bayi.

“Untuk pemenuhan gizi keluarga, yang kami lakukan adalah melalui edukasi tentang pentingnya makanan yang bergizi,  kemudian edukasi tentang pemberian ASI eksklusif yaitu,  bayi usia 0 sampai 6 bulan hanya diberi ASI saja.”jelasnya lagi.

Pada Dialog dengan topik Pengaruh ODF Terhadap Stunting, yang dipandu presenter Dini Amrina ini, Arum Lestari juga menjelaskan, intervensi spesifik dan sensitif juga bisa dengan melakukan edukasi tentang makanan pendamping ASI untuk ibu yang memiliki balita.

Kemudian pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan ibu hamil,  untuk mencegah anemia.  

Selanjutnya, pemberian suplementasi vitamin A,  untuk bayi dan anak setiap 6 bulan sekali,  kemudian edukasi tentang pentingnya garam beryodium, pemberian obat cacing serta mengedukasi ibu hamil untuk masuk kelas ibu hamil.

“Karena di kelas ibu hamil itu mereka akan mendapatkan banyak pengetahuan, tentang bagaimana menghadapi persalinan, merawat dirinya selama hamil dan mengedukasi masyarakat serta melatih dalam pemberian makanan tambahan lokal,  yang bersumber dari makanan lokal yang ada di lingkungannya” rinci Arum Lestari.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *